Allah telah memberikan sifat-sifat terindah kepada bidadari-bidadari
surga. Mereka diberi pakaian yang paling bagus dan siapapun yang
membicarakan diri mereka pasti akan digelitik kerinduan kepada mereka,
seakan-akan dia sudah melihat secara langsung bidadari-bidadari itu.
Ath-Thabarany menuturkan, kami diberi tahu Bakr bin Sahl Ad-Dimyaty,
kami diberitahu Amru bin Hisyam Al-Biruny, kami diberitahu Sulaiman bin
Abu Karimah, dari Hisyam bin Hassan, dari Al-Hassan, dari ibunya, dari
Ummu Salamah Radhiallahuanha, dia berkata, “Saya berkata,’Wahai
Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari
yang bermata jeli’.”
Beliau menjawab,”Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar.”
Saya berkata lagi,”Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku tentang firman
Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.”(Al-Waqi’ah:23)
Beliau menjawab,”Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”
Saya berkata lagi,”Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah,
‘Di dalam surga-surga ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi
cantik-cantik’.” (Ar-Rahman :70)
Beliau menjawab,”Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita.”
Saya berkata lagi,”Jelaskan padaku firman Allah, “seakan-akan mereka
adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shafat:49)
Beliau menjawab,”Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di
bagian dalam telur dan terlindung kulit bagian luar, atau yang biasa
disebut putih telur.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan padaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah :37)
Beliau menjawab,” Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal pada
usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan
Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai
wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya
sebaya.”
Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli ?”
Beliau menjawab,”Wanita-wanita dunia lebih utama daripada
bidadari-bidadari bermata jeli, seperti apa yang tampak daripada yang
tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa mereka dan ibadah
mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh
mereka adalah kain sutera, kulitnya kulit bersih, pakaiannya berwarna
hijau, perhiasannya kekuning-kunigan, sanggulnya mutiara dan sisinya
terbuat dari emas. Mereka berkata, Kami hidup abadi dan tidak mati, kami
lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan
tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut
sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami
memilikinya’.”
Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita diantar kami
pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu dia meninggal
dunia. Dia masuk surga dan mereka masuk surgapula. Siapakah diantara
laki-laki itu yang menjadi suaminya di surga?”
Beliau menjawab,”Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih siapa
diantara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata,’Wahai
Rabbku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala
hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai ummu
Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan
akhirat.”
(disebutkan dalam catatan kaki buku Raudhatul Muhibbin (terbitan
darul falah), halaman 201 :”Ibnul Qoyyim menyebutkan hadits ini di dalam
bukunya Hadil Arwah. Di sana dia memberi catatan : Sulaiman bin Abu
Karamah menyendiri dalam riwayat ini. Abu Hatim menganggapnya dha’if.
Menurut Ibnu Ady, mayoritas hadits-haditsnya adalah mungkar dan saya
tidak melihat orang-orang dahulu membicarakannya. Kemudian dia
menyebutkan hadits ini dari jalannya seraya berkata, “Hanya sanad inilah
yang diketahui..”)
Allah mensifati wanita-wanita penghuni surga sebagai kawa’ib, jama’
dari ka’ib yang artinya gadis-gadis remaja. Payudaranya sudah tumbuh
sempurna, bentuknya bulat dan tidak menggelantung ke bawah. Yang seperti
ini merupakan bentuk wanita yang paling indah dan pas untuk gadis-gadis
remaja. Allah mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari, karena kulit
mereka yang indah dan putih bersih. Aisyah Radhiallahu anha pernah
berkata, “warna puith adalah separoh keindahan.” Bangsa Arab biasa
menyanjung wanita dengan warna putih. Seorang penyair berkata,
Kulitnya putih bersih, gairahnya tiada diragukan
laksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruan
dia menjadi perhatian karena perkataannya lembut
Islam menghalanginya untuk mengucapkan perkataan jahat
laksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruan
dia menjadi perhatian karena perkataannya lembut
Islam menghalanginya untuk mengucapkan perkataan jahat
Al-’In jama’ dari aina’, artinya wanita yang matanya lebar, yang
berwarna hitam sangat hitam, dan yang berwarna puith sangat putih, bulu
matanya panjang dan hitam. Allah mensifati mereka sebagai
bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik, yaitu wanita yang
menghimpun semua pesona lahir dan batin. Ciptaan dan akhlaknya sempurna,
akhlaknya baik dan wajahnya cantik menawan. Allah juga mensifati mereka
sebagai wanita-wanita yang suci. Firman-Nya,
“Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci.” (Al-Baqarah:25)
Artinya. mereka suci, tidak pernah haid, tidak buang air kecil dan
besar serta tidak kentut. MEreka tidak diusik dengan urusan-urusan
wanita yang menggangu seperti yang terjadi di dunia. Batin mreka juga
suci, tidak cemburu, tidak menyakiti dan tidak jahat. Allah juga
mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang dipingit di dalam rumah.
Artinya mereka hanya berhias dan bersolek untuk suaminya. Bahkan mereka
tidak pernah keluar dari rumah suaminya, tidak melayani kecuali
suaminya. Allah juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang tidak
liar pandangannya. Sifat ini lebih sempurna lagi. Oleh karena itu
bidadari yang seperti ini diperuntukkan bagi para penghuni dua surga
yang tertinggi. Diantara wanita memang ada yang tidak mau memandang
suaminya dengan pandangan yang liar, karena cinta dan keridhaanyya, dan
dia juga tidak mau memamndang kepada laki-laki selain suaminya,
sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair,
Ku tak mau pandanganmu liar ke sekitar
jika kau ingin cinta kita selalu mekar
jika kau ingin cinta kita selalu mekar
Di samping keadaan mereka yang dipingit di dalam rumah dan tidak liar
pandangannnya, mereka juga merupakan wanita-wanita gadis, bergairah
penuh cinta dan sebaya umurnya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada Jabir yang
menikahi seoran janda, “Mengapa tidak engkau nikahi wanita gadis agar
engkau bisa mencandainya dan ia pun mencandaimu?” (Diriwayatkan
Asy-Syaikhany)
Jika ada yang berkata, “kenikmatan itu justru tidak begitu terasa
nikmat saat mengadakan hubungan pertama kali bagi perawan, yang berbeda
dengan wanita janda.” Hal ini bisa dijawab sebagai berikut :
Pertama, yang dimaksudkan kenikmatan bersetubuh dengan perawan ialah
karena wanita perawan belum pernah merasakannya dengan lelaki lain
sebelumnya, sehingga cintanya lebih tertanam di dalam hati dan dapat
menjaga kelanggengan hubungan, Ini ditilik dari keadaan wanita. Jika
ditilik dari keadaan suami, maka ia merasa mendapat kebun yang masih
asli, tidak pernah dijamah orang lain sebelumnya. Allah telah
mengisyaratkan pengertian ini di dalam firmanNya,
“Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka
(penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh
jin.” (Ar-Rahman:74)
Setelah itu kenikmatan persetubuhan masih tetap terasa seperti keadaan yang masih perawan.
Kedua, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat, bahwa setiap kali
penghuni surga menyetubuhi seorang wanita dalam keadaan perawan, maka
wanita itu kembali menjadi perawan seperti keadaan sebelumya. Jadi,
setiap kali dia menyetubuhinya, maka wanita itu tetap dalam keadaan
sebelumnya. Jadi, setiap kali dia menyetubuhinya, maka wanita itu tetap
dalam keadaan perawan.
Sifat bidadari penghuni surga yang lain adalah Al-’Urub, jama’ dari
al-arub, artinya mencerminkan rupa yang lemah lembut, sikap yang luwes,
perlakuan yang baik terhadap suami dan penuh cinta. Ucapan, tingkah laku
dan gerak-geriknya serba halus.
Al-Bukhary berkata di dalam Shahihnya, “Al-’Urub, jama’ dari tirbin.
Jika dikatakan, Fulan tirbiyyun”, artinya Fulan berumur sebagai dengan
orang yang dimaksudkan. Jadi mereka itu sebaya umurnya, sama-sama masih
muda, tidak terlalu muda dan tidak pula tua. Usia mereka adalah usia
remaja. Allah menyerupakan mereka dengan mutiara yang terpendam, dengan
telur yang terjaga, seperti Yaqut dan Marjan. Mutiara diambil
kebeningan, kecemerlangan dan kehalusan sentuhannya. Putih telor yang
tersembunyi, adalah sesuatu yang tidak pernah dipegang oleh tangan
manusia, berwarna puith kekuning-kuningan. Berbeda dengan putih murni
yang tidak ada warna kuning atau merehnya. Yaqut dan Marjan diambil
keindahan warnanya dan kebeningannya.
sumber : Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin (Taman
Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu), karya Ibnu Qoyyim
Al-Jauziyyah, terbitan Darul Falah
0 komentar:
Posting Komentar